Jamu dan Obat Tradisional Di Hati Masyarakat Indonesia
Jamu
dan Obat Tradisional Di Hati Masyarakat Indonesia
Peralihan dari zaman Hindu-Buddha ke zaman Islam, telah
memperkaya khazanah tradisi pengobatan tradisional yang alami dalam masyarakat
Indonesia. Sementara itu, berbagai buku kedokteran Islam yang ditulis dalam
bahasa Arab dan Persia, telah diterjemahkan baik ke dalam bahasa Jawa maupun
bahasa Melayu. Semua ini berlangsung tanpa terputus, sampai bangsa kita
mengenal ilmu kedokteran dari Eropa pada zaman dahulu.
Di tengah-tengah era giobalisasi seperti sekarang ini, serbuan
obat-obatan modern yang sudah menjadi kebutuhan setiap manusia yang diyakini
dapat menyembuhkan segala jenis penyakit,akan
tetapi disisi lain mereka tidak paham dengan jelas dampak yang akan ditimbulkan
dengan adanya obat-obatan modern.tetapi bagi mereka yang paham akan jamu dan
obat-obatan tradisional tetap menjadi
salah satu pilihan bagi masyarakat Indonesia. Tidak hanya masyarakat di
pedesaan, masyarakat di perkotaan pun mulai mengonsumsi obat-obatan tradisional
ini,karena jamu dan obat tradisional yang akan kami sajikan tidak mengandung
bahan-bahan kimia yang dapat merusak sel-sel tubuh.
Keragaman obat tradisional di Tanah Air, telah memperkaya
khazanah ilmu pengetahuan dan kesehatan bangsa Indonesia. Hari ini, Indonesia telah
menjadi salah satu pusat tanaman obat di dunia. Jamu dan obat tradisional,
telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat
Indonesia.
Sementara itu, tren gaya hidup sehat yang berkembang ditanah air
saat ini membuat masyarakat untuk kembali menggunakan produk yang berasal dari
alam karena lebih alami dan tidak mempunyai efek samping. Oleh karenanya, jamu
dan obat tradisional dapat menjadi salah satu pilihan pengobatan terbaik untuk
saat ini.
Tidak hanya itu, Presiden Republik Indonesia ke-6, Susilo
Bambang Yudhoyono, memberikan perhatian khusus pada jamu dan obat tradisional
dalam Pembukaan Musyawarah Nasional ke-5 Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat
Tradisional Indonesia juga memberikan apresiasi terhadap jamu tradisional.
Penggolongan
Obat Tradisional
Obat tradisional adalah jamu yang terbuat dari bahan-bahan alami yang terdapat dialam atau
ramuan yang berasal dari bahan tumbuhan, bahan hewan, dan segala jenis tanaman
yang terdapat dialam.yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman yang diwariskan oleh nenek moyang kita.
Di Indonesia, obat yang berbahan dasarnya bersumber dari alam
dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan
fitofarmaka.
1.
Jamu (empirical based herbalmedicine)
Jamu adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman
di dalamnya. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep
peninggalan leluhur. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah karena telah
terbukti dengan bukti empiris secara turun temurun.
2.
Obat herbal terstandar (Scientificbased herbal medicine)
Obat herbal adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak
atau penyaringan bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun
mineral. Proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal,
ditambah dengan tenaga ahli yang berpengalaman dan didukung oleh pengetahuan maupun keterampilan yang telah
teruji.
Selain proses produksi dengan teknologi maju, obat jenis ini
telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian
pre-klinik (uji pada hewan) dengan mengikuti standar kandungan bahan
berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat
tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akuntabel maupun kronis.
3.
Fitofarmaka (clinical
basedherbal medicine)
Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat
disetarakan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah
terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia
dengan kriteria memenuhi syarat lmiah, protokol uji yang telah disetujui,
pelaksanannya yang kompeten, memenuhi prinsip etika, hingga tempat pelaksanaan teruji
dan memenuhi syarat.
Dengan adanya uji klinik, hal itu akan lebih meyakinkan para
profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan.
Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya
jelas dengan pembuktian secara ilmiah.
Mengenal
Tanaman Obat Keluarga
TOGA adalah singkatan dari tanaman obat keluarga. Tanaman obat
keluarga pada hakikatnya adalah sebidang tanah di halaman rumah, kebun ataupun
ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat
dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan yang alami.
Sejak terciptanya manusia dibumi, sejak saat itu pula manusia
mencoba memanfaatkan alam sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk
keperluan obat-obatan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan.
Fakta menunjukkan, bahwa dengan bantuan obat-obatan yang berasal
dari bahan alam, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya. Hal ini menunjukkan bahwa obat yang berasal dari sumber bahan
alam—khususnya tanaman telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan upaya-upaya
kesehatan masyarakat sangat bermanfaat dan lebih efektif dalam penyembuhan
penyakit.
Pemanfaatan TOGA yang digunakan untuk pengobatan gangguan
kesehatan keluarga menurut gejala umum adalah:
·
Demam panas.
·
Batuk.
·
Sakit perut.
·
Gatal-gatal.
·
Diare.
·
Ginjal.
·
Asam urat.
·
Mandul.
·
Panas dalam.
·
Hepertensi.
·
Malaria.
·
Gatal-gatal.
·
Menambah nafsu makan.
·
Meningkatkan stamina tubuh.
·
Anemia dll.
Sementara itu, jenis tanaman yang harus dibudidayakan untuk
tanaman obat keluarga adalah jenis-jenis tanaman yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
·
Jenis tanaman disebutkan dalam buku pemanfaatan tanaman obat.
·
Jenis tanaman yang lazim digunakan sebagai obat di daerah
pemukiman.
·
Jenis tanaman yang dapat tumbuh dan hidup dengan baik di daerah
pemukiman.
·
Jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain
misalnya: buah-buahan dan bumbu masak.
·
Jenis tanaman yang hampir punah atau langka.
·
Jenis tanaman yang masih liar.
Fungsi
Toga
Salah satu fungsi TOGA adalah sebagai sarana untuk mendekatkan
tanaman obat sebagai upaya untuk memperbaiki kesehatan secara umum, di
antaranya:
·
Upaya preventif (pencegahan).
·
Upaya promotif (meniungkatkan derajat kesehatan).
·
Upaya kuratif (penyembuhan penyakit).
Selain fungsi diatas ada juga fungsi lainnya yaitu:
·
Sarana untuk memperbaiki status gizi masyarakat, sebab banyak
tanaman obat yang dikenal sebagai tanaman penghasil buah-buahan atau
sayur-sayuran misalnya lobak, seledri, pepaya apel, jeruk nipis,jahe,lengkuas,semangka,delima,cengkeh
dan lain-lain.
·
Sarana untuk pelestarian alam dan menanggulangi polusi diareal
rumah.
·
Apabila pembuatan tanaman obat alam tidak diikuti dengan
upaya-upaya pembudidayaannya kembali, maka sumber bahan obat alam itu terutama
tumbuh-tumbuhan akan mengalami kepunahan.
·
Sarana penyebaran gerakan penghijauan.
·
Berguna untuk menghijaukan bukit-bukit yang saat ini mengalami
penggundulan, dapat dianjurkan penyebarluasan penanaman tanaman obat yang
berbentuk pohon-pohon misalnya pohon asam, pohon kedaung, pohon trengguli dan
lain-lain.
·
Sarana untuk pemerataan pendapatan. TOGA disamping berfungsi
sebagai sarana untuk menyediakan bahan obat bagi keluarga dapat pula berfungsi
sebagai sumber penghasilan bagi keluarga tersebut.
·
Sarana keindahan. Bila ditata dengan baik maka hal ini akan
menghasilkan keindahan bagi masyarakat yang ada disekitarnya
Petunjuk
Penggunaan Tanaman Obat
Dalam menggunakan tumbuhan obat, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar hasil pengobatan dapat maksimal. Berikut ini adalah beberapa
petunjuk yang harus Anda perhatikan, antara lain:
1.
Waktu pengumpulan
Guna mendapatkan bahan yang terbaik dari tumbuhan obat, perlu
diperhatikan saat-saat pengumpulan atau pemetikan bahan berkhasiat. Berikut ini
pedoman waktu pengumpulan bahan obat secara umum:
·
Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah
menjadi masak.
·
Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
·
Buah dipetik dalam keadaan masak.
·
Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.
·
Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus)
dikumpulkan sewaktu proses tumbuhan berhenti.
2.
Pencucian dan pengeringan
Bahan obat yang sudah dikumpulkan sebaiknya segera dicuci bersih
dengan air yang mengalir. Setelah bersih, dapat segera dimanfaatkan bila
diperlukan pemakaian yang bahan segar. Namun, bisa pula dikeringkan untuk
disimpan dan digunakan bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dan mencegah
pembusukan oleh cendawan atau bakteri. Dengan demikian, bahan dapat disimpan
lebih lama dalam wadah yang tertutup rapat. Bahan kering juga mudah dihaluskan
bila ingin dibuat serbuk.
Berikut ini cara mengeringkan bahan obat :
·
Bahan berukuran besar dan banyak mengandung air dapat
dipotong-potong terlebih dahulu.
·
Pengeringan bisa langsung dibawah sinar matahari atau memakai
pelindung seperti kawat halus jika menghendaki pengeringan yang tidak terlalu
cepat.
·
Pengeringan bisa juga dilakukan dengan mengangin-anginkan bahan
ditempat yang teduh atau di dalam ruang pengering yang aliran udaranya baik.
3.
Sifat dan cita rasa obat tradisional
Menurut Traditional Chinese Pharmacology dikenal 4 macam sifat
dan 5 macam cita rasa tumbuhan obat. Adapun keempat macam sifat tumbuhan obat
itu ialah dingin, panas, hangat, dan sejuk.
Tumbuhan obat yang sifatnya panas dan hangat dipakai untuk
pengobatan sindroma dingin, seperti pasien yang takut dingin, tangan dan kaki
dingin, lidah pucat atau nadi lambat. Sedangkan, tumbuhan obat yang bersifat
dingin dan sejuk digunakan untuk pengobatan sindroma panas, seperti demam, rasa haus, warna kencing kuning tua, lidah
merah atau denyut nadi cepat.
Sementara lima macam cita rasa dari tumbuhan obat ialah pedas,
manis, asam, pahit, dan asin. Cita rasa ini digunakan untuk tujuan tertentu
karena selain berhubungan dengan organ tubuh, juga mempunyai khasiat dan
kegunaan tersendiri.
Misalnya rasa pedas mempunyai sifat menyebar dan merangsang.
Rasa manis berkhasiat tonik dan menyejukan. Rasa asam berkhasiat mengawetkan
dan pengelat. Rasa pahit dapat menghilangkan panas dan lembap.
Sementara rasa asin memiliki sifat melunakkan dan sebagai
pencahar. Kadang-kadang ada juga yang menambahkan cita rasa yang keenam, yaitu
netral atau tawar yang berkhasiat sebagai peluruh kencing.
4.
Cara merebus ramuan obat tradisional
Perebusan umumnya dilakukan dalam pot tanah atau pot keramik.
Pot keramik dapat dibeli di toko obat tradisional Tionghoa. Pot dari besi,
alumunium atau kuningan sebaiknya tidak digunakan untuk merebus.
Hal itu mengingatkan karena bahan tersebut dapat menimbulkan
endapan, konsentrasi larutan obat yang rendah, terbentuknya racun atau
menimbulkan efek samping akibat terjadinya reaksi kimia dengan bahan obat.
Lakukan perebusan dengan api sesuai petunjuk pembuatan. Apabila
nyala api tidak ditentukan, biasanya perebusan dilakukan dengan api besar
sampai airnya mendidih. Selanjutnya api dikecilkan untuk mencegah air rebusan
meluap atau terlalu cepat kering.
Meski demikian, adakalanya api besar dan api kecil digunakan
sendiri-sendiri sewaktu merebus bahan obat. Sebagai contoh, obat yang
berkhasiat tonik umumnya direbus dengan api kecil sehingga zat berkhasiatnya
dapat secara lengkap dikeluarkan dalam air rebusan.
Demikian pula tumbuhan obat yang mengandung racun perlu direbus
dengan api yang kecil dalam waktu yang agak lama, sekitar 3-5 jam untuk
mengurangi kadar racunnya. Nyala api yang besar digunakan untuk ramuan obat
yang dimaksudkan agar pendidihan menjadi cepat dan penguapan berlebih dari zat
yang merupakan komponen aktif tumbuhan dapat dicegah.
5.
Waktu minum obat tradisional
Bila tidak terdapat petunjuk pemakaian, biasanya obat diminum
sebelum makan kecuali obat tersebut merangsang lambung—maka obat tersebut
diminum setelah makan. Obat berkhasiat tonik diminum sewaktu perut kosong dan
obat berkhasiat sedative diminum sewaktu ingin tidur.
Sementara pada penyakit kronis diminum sesuai jadwal secara
teratur. Rebusan obat bisa diminum sesering mungkin sesuai kebutuhan atau
diminum sebagai pengganti teh.
Baca juga Resep jamu asam urat,
Resep jamu tradisional
Resep jamu penambah nafsu
makan
Mengatatasi ginjal
Resep jamu beras kencur
8 pengobatan tradisional
yang ampuh
6.
Cara mengonsumsi obat tradisional
Obat biasanya diminum satu dosis sehari yang dibagi untuk 2
sampai 3 kali minum. Umumnya, obat tradisional diminum selagi hangat,dengan
tujuan untuk merangsang organ-organ tubuh. terutama untuk pengobatan sindroma
luar. Setelah minum obat, pakailah baju tebal atau tidur secukupnya dalam
keadaan berselimut supaya tubuh tetap hangat dan mudah mengeluarkan keringat.
Sementara pengobatan sindroma panas, obat diminum dalam keadaan
dingin. Sebaliknya untuk pengobatan sindroma dingin obat diminum dalam keadaan
hangat. Obat yang sedikit toksik, diminum sedikit demi sedikit tetapi sering.
Tambahkan dosisnya secara bertahap sehingga efek pengobatan tercapai.
7.
Lama pengobatan
Tumbuhan obat yang masih berupa simplisia (belum mengalami
perubahan proses apa pun), hasil pengobatannya tampak lambat, namun sifatnya
konstruktif. Hal ini berbeda dengan obat kimiawi yang hasil pengobatannya terlihat
cepat namun destruktif dan banyak mengandung efek samping.
Oleh karena itu, obat yang berasal dari tumbuhan tidak
dianjurkan penggunaannya untuk penyakit-penyakit infeksi akut. Tumbuhan obat
lebih diutamakan untuk memelihara kesehatan dan pengobatan penyakit kronis yang
tidak dapat disembuhkan dengan obat kimiawi atau memerlukan kombinasi antara
obat kimia dengan
obat dari tumbuhan berkhasiat alami.
0 Response to "Jamu dan Obat Tradisional Di Hati Masyarakat Indonesia"
Posting Komentar